Kamis, 04 Oktober 2012
In:
artikel
Dufan Defender, Film Animasi HD Pertama di Indonesia
Jakarta, Kompas.com - PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk bekerjasama dengan Dreamlight World Media dan Sony Music Entertainment Indonesia membuat film animasi high definition (HD) untuk layar televisi pertama di Indonesia. Film ini diharapkan bisa menjadi awal kebangkitan film animasi di tanah air.
Film yang berjudul Dufan Defender ini mengangkat tema tentang karakter-karakter binatang langka yang ada di Indonesia. Dufan dan kawan-kawan yang terbentuk dalam kelompok pelindung bumi, The Earth Defender, melawan panjahat-penjahat yang ingin merusak sumber daya yang ada di bumi yaitu The Destroyer.
Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk Budi Karya Sumadi menjelaskan film ini membawa pesan keberanian, ketangguhan dan kepedulian. Sekaligus diharapkan bisa menjadi tuntunan bagi anak-anak Indonesia.
"Film ini adalah film animasi HD pertama karya anak bangsa dan harapannya bisa dinikmati tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara lain," kata Budi selepas peluncuran film Dufan Defender di Atrium EX Jakarta, Jumat (9/3/2012).
awalnya, ide membuat film ini sudah ada sejak dua tahun lalu. Dalam pikirannya terlintas bagaimana menonjolkan semua karakter di Dufan, tidak hanya bisa dinikmati di Jakarta saja, tapi bisa di seluruh Indonesia bahkan dunia.
Kemudian muncul ide untuk membuat model bisnis yang secara gampang mudah diekspor. Salah satunya dengan membuat film animasi berteknologi HD.
Sedangkan bila Pembangunan Jaya Ancol ingin membuat wahana serupa di kota lain atau negara lain, maka akan memerlukan investasi yang cukup besar dan waktu yang lama.
Gandeng studio film dan label musik
Untuk memudahkan proses pembuatan film yang berskala internasional, pihak PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk selaku pemegang merek wahana Ancol dan Dufan menggandeng studio film Dreamlight World Media dan Sony Music Entertainment Indonesia.
Sony Music Entertainment Indonesia menjadi distributor film ini ke mancanegara sekaligus menyertakan artis Xo-IX sebagai pembuat lagu sound Track "Dufan Defender".
President Director Dreamlight World Media, Eko Nugroho menjelaskan film ini dibuat oleh sekitar 60 animator di dua lokasi studio yaitu di Jakarta dan Ungaran, Jawa Tengah.
Pembuatan film itu memakan waktu sekitar enam bulan. "Sementara biaya produksi filmnya mencapai Rp 5 miliar," kata Eko.
Film ini memang terkesan mahal karena selain menggunakan teknologi HD, film ini juga memakai skoring musik orkestra.
Pihak Dreamlight World Media mengklaim idealnya skoring musik orkestra hanya dipakai untuk film layar lebar.
"Tapi di film ini sudah memakai skoring musik orkestra. Bahkan satu-satunya film animasi di Asia Tenggara yang memakai orkestra," jelasnya.
Ekspor ke Vietnam
Dalam proses pengerjaan film, Dufan Defender ini sejak awal memang dibuat dalam versi bahasa Inggris. Pasalnya, kata Eko, film ini memang akan ditujukan untuk pasar luar negeri.
Salah satu tujuan ekspor film animasi tersebut adalah Vietnam. Di negara tersebut, sebuah stasiun televisi sudah siap menayangkan 26 episode Dufan Defender.
Di Indonesia sendiri, film ini dapat disaksikan mulai 18 Maret 2012 di Indosiar setiap Minggu pukul 07.30 wib.
Sedangkan film yang terkesan futuristik ini dibuat agar menyesuaikan dengan pasar internasional dan selera pasar yang berlaku saat ini.
Eko mencontohkan film-film futuristik ini, misalnya Star Wars, bakal bisa dikenang bahkan masih relevan bila dinikmati 10 tahun mendatang.
"Kita harus membuat film yang bisa dibanggakan. Tidak hanya menonton Upin Ipin saja dari negeri tetangga," jelasnya.
Karakter The Defender dan The Destroyer
Dalam film "Dufan Defender" ini menyertakan lima karakter The Defender yang berperan sebagai protagonis atau tokoh yang baik dan tiga karakter yang berperan sebagai antagonis atau karakter yang jahat.
Semua karakter tersebut, kata Eko, merupakan karakter hewan-hewan langka yang ada di Indonesia. Harapannya, dengan adanya film ini juga bisa mengenalkan hewan-hewan langka di Indonesia kepada dunia.
Selain itu, karakter-karakter dalam film ini juga mencerminkan perilaku-perilaku anak yang bangsa, baik yang positif maupun negatif. Tapi pesan Eko, film ini akan mengedepankan keberanian dalam menghadapi sesuatu.
"Di sini bukan mengajarkan kekerasan, tapi perjuangan," kata Eko.
source
source
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar